Dasar Teori
Koordinasi Proteksi Sistem Tenaga
Listrik
Dalam
setiap sistem tenaga listrik selalu digunakan sistem proteksi atau pengaman
untuk mengantisipasi apabila terjadi gangguan. Sistem proteksi dan pengaman ini
diperlukan untuk memisahkan bagian yang mengalami gangguan dengan yang tidak
mengalami gangguan sehingga sistem dapat menjalankan operasinya.
Sebelum
membahas mengenai koordinasi proteksi sistem tenaga listrik terlebih
dahulu harus mengerti mengenai dasar
proteksi.
Pengertian Dasar Proteksi
1.
Fungsi
Proteksi
Fungsi proteksi adalah memisahkan bagian sistem yang
terganggu sehingga bagian sistem lain dapat terus beroperasi dengan cara
sebagai berikut:
a.
Mendeteksi
adanya gangguan atau kondisi abnormal lainnya pada bagian sistem yang
diamankannya (fault detection)
b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)
c. Menberikan indikasi adanya gangguan.
2.
Komponen-komponen
penting dalam sistem proteksi:
· Relai Proteksi : sebagai elemen perasa yang
mendeteksi adanya gangguan dan keadaan abnormal lainnya (fault detection)
· Pemutus Tenaga (PMT) : Memutuskan arus
gangguan dalam sirkit tenaga untuk melepaskan sistem yang terganggu (fault clearing)
· Trafo Arus (CT), Trafo Tegangan (PT) dan Trafo
Arus Toroida (zero sequence current
transformer) : Sebagai alat pengubah/ pembanding besaran primer menjadi
sekender.
· Battery (Aki) : sebagai sumber tegangan untuk
tripping PMT serta catu daya untuk relai dan relai bantu (auxiliary relay).
3.
Syarat
dan Karakteristik Relai
• Kepekaan ( sensitivity ) : harus
peka terhadap gangguan dalam rangsangan minimum. Keandalan ( reliability
) : Keandalan relay dihitung dengan jumlah relay bekerja /
mengamankan daerahnya terhadap jumlah gangguan yang terjadi. Keandalan
relay dikatakan cukup baik bila mempunyai harga : 90 % - 99 %.
Misal, dalam satu tahun terjadi gangguan sebanyak 25 X dan relay dapat bekerja
dengan sempurna sebanyak 23 X.
maka :
keandaIan relay = (25/23) x 100% = 92%
Keandalan dapat di bagi 2 :
1) dependability : relay harus
dapat diandalkan setiap saat.
2) security : tidak boleh salah kerja / tidak boleh
bekerja yang bukan seharusnya bekerja.
•
dependability (Tingkat Kepastian Kerja):
tidak boleh gagal
•
Security : Kepastian untuk
tidak salah kerja
• Selektifitas ( selectivity ) : security : Pengaman harus dapat memisahkan
bagian sistem yang terganggu sekecilnya yaitu hanya seksi atau peralatan yang
terganggu saja yang termasuk kedalam kawasan pengaman utamanya.
• Kecepatan ( speed ) : memisahkan daerah terganggu secepat mungkin sehingga kerugian/ kerusakan
akibat gangguan dapat diminimalisasi. Relay harus cepat bereaksi / bekerja bila
sistem mengalami gangguan atau kerja abnormal. Kecepatan bereaksi dari relay
adalah saat relay muIai merasakan adanya gangguan sampai dengan pelaksanaan
pelepasan circuit breaker (C.B) karena komando dari relay tersebut. Waktu
bereaksi ini harus diusahakan secepat mungkin sehingga dapat menghindari
kerusakan pada alat serta membatasi daerah yang mengalami gangguan / kerja
abnormal. Mengingat suatu sistem tenaga mempunyai batas-batas stabiIitas serta
kadang-kadang gangguan sistem bersifat sementara, maka relay yang semestinya
bereaksi dengan cepat kerjanya perlu diperlambat (time delay), seperti yang
ditunjukkan persamaan :
top = tp
+ tcb
dimana :
top = total
waktu yang dipergunakan untuk memutuskan hubungan
tp =
waktu bereaksinya unit relay
tCB =
waktu yang dipergunakan untuk pelepasan C.B
Pada umumnya untuk top sekitar 0,1 detik kerja
peralatan proteksi sudah dianggap bekerja cukup baik.
4. Daerah Pengamanan (protective
zone)
Untuk mendapatkan sistem pengaman
yang cukup baik didalam sistem tenaga Iistrik, sistem tenaga tersebut dibagi
dalam beberapa daerah pengamanan yakni dengan pemutusan sub-sistem seminimum
mungkin. Adapun yang dimaksud dengan keterangan diatas adalah :
1. Generator
2. Transformator daya
3. Bus-bar
4. Transmisi, sub-transmisi dan distribusi
5. Beban
Pembagian
ke 5 daerah pengamanan diatas dilaksanakan secara saling meliputi (over
laping), seperti yang diperlihatkan pada Gambar dibawah ini.
Gambar. (Diagram Satu Garis Suatu Sistem Tenaga
Listrik Dengan Daerah-Daerah Pengamannya)
Yang dimaksud dengan saling meliputi
adalah bahwa pada suatu ternpat sistem pengamannya (daerah) berfungsi. Hal ini
diperlukan untuk menghindari kemungkinan adanya daerah yang tidak teramankan.
Rele Proteksi
A.
OCR (
Over Current Relay / Relai Arus Lebih )
OCR (OVER
CURRENT RELAY) atau Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus
lebih, ia akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya (I
set).berfungsi Untuk mengamankan peralatan terhadap gangguan hubung
singkat antar fase, hubung singkat satu fase ketanah dan dapat digunakan
sebagai pengaman beban lebih, Sebagai pengaman
utama pada jaringan distribusi dan sub-transmisi sistem radial, Sebagai pengaman cadangan generator, transformator daya dan saluran
transmisi.
Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi besaran arus
yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus. Harga atau besaran yang
boleh melewatinya disebut dengan setting. Relai ini bekerja untuk melindungi
peralatan listrik lainnya apabila terjadi arus lebih akibat :
1.
Adanya penambahan beban atau perkembangan beban
2.
Adanya gangguan hubung
singkat di Jaringan
maupun Instalasi listrik. Gangguan
hubung singkat terjadi antar fasa yaitu dua fasa maupun tiga fasa.
Jenis relay arus
lebih :
1.
Relay waktu
seketika (Instantaneous relay)
Relay yang
bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang mengalir melebihi nilai
settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa mili detik (10 – 20 ms). Dapat kita lihat
pada gambar dibawah ini.
Gambar 1.
Karakteristik Relay Waktu Seketika
Relay ini jarang
berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay arus lebih dengan
karakteristik yang lain.
2.
Relay arus lebih
waktu tertentu (Definite time relay)
Relay ini akan
memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan hubung singkat dan
besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay
mulai pick up sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu tertentu tidak
tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay.
Gambar 2.
Karakteristik Relay Arus Lebih Waktu Tertentu
3.
Relay arus lebih
waktu terbalik (Inverse Relay)
Relay ini akan
bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus secara terbalik
(inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya. Karakteristik ini
bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik yang berbeda-beda.
karakteristik
waktunya dibedakan dalam tiga kelompok :
a.
Standar invers
b.
Very inverse
c.
Extreemely
inverse
Gambar 3.
Karakteistik Relay Arus Lebih Waktu Terbalik
B. DGFR ( Directional Ground Fault Relay /
Relai Arus Gangguan Tanah )
DGFR
adalah perpaduan 2 karakteristik relai yaitu :
1.
DGR ( Directional Ground Relay )
Rele ganguan tanah berarah dipasang pada penyulang 20 kV sebagai
pengaman utama untuk mengamankan gangguan 1 phasa ke tanah. Rele ini bekerja berdasarkan dua besaran. Yaitu arus
Io ( dari ZCT yang baru memang baru muncul kalau ada gangguan tanah ) dan Vo (
dari PT ) Open Delta yang menghasilkan suatu sudut dan arah tertentu. Bila
salah satu komponen tidak terpenuhi maka rele tidak akan bekerja.
2.
GFR ( Ground Fault Relay/ Earth Faulth )
Rele arus lebih tanpa
arah atau GFR adalah rele yang bekerja apabila dilalui arus
yang melebihi settinganya ( dari ZCT ). Arus
lebih yang dideteksi rele ini berasal dari ganguan phasa – tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar